FISIOTERAPI PADA KASUS TUBERKULOSIS PARU Oleh: Annisa Mahanani (P27226015094) K

FISIOTERAPI PADA KASUS TUBERKULOSIS PARU Oleh: Annisa Mahanani (P27226015094) Kiki Shinta Dewi (P27226015112) Zidni Ilma Tiana (P27226015141) POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI DAFTAR ISI DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang..............................................................................................1 B. Rumusan Masalah.........................................................................................2 C. Tujuan...........................................................................................................2 BAB II TINJAUAN TEORI3 A. Pengertian Tuberkulosis Paru........................................................................3 B. Etiologi Tuberkulosis Paru............................................................................3 C. Patofisiologi Tuberkulosis Paru....................................................................4 D. Pathway Tuberkulosis Paru...........................................................................5 E. Jenis – Jenis Tuberkulosis.............................................................................6 F. Tanda dan Gejala Tuberkulosis.....................................................................8 G. Manifestasi Klinis Tuberkulosis Paru...........................................................8 H. Komplikasi....................................................................................................9 I. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................11 J. Pencegahan..................................................................................................12 K. Penatalaksanaan..........................................................................................12 BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI 13 STATUS KLINIS.............................................................................................13 BAB IV PENUTUP 31 A. Simpulan............................................................................................................23 DAFTAR PUSTAKA 32 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) Paru merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia dengan angka mortalitas dan morbiditas yang terus meningkat. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kemiskinan, malnutrisi, tempat kumuh, perumahan dibawah standar, dan perawatan kesehatan yang tidak adekuat. Mikobakterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Sejak tahun 1993 World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa terjadi kedaruratan global yang disebabkan oleh infeksi TB. Penyakit TB mengakibatkan kematian hampir 2 juta penduduk setiap tahunnya, sebagian besar terjadi di negara berkembang. Dalam perkiraan antara tahun 2000-2020 kematian karena TB meningkat sampai 35 juta orang. Dalam laporan WHO tahun 2013 sekitar 9 juta orang menderita tuberkulosis dan 1,5 juta diantaranya meninggal dunia. Tahun 2013 diestimasikan 9 juta orang di dunia menderita TB dan lebih dari 56% tersebar di Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Penyakit TB di Indonesia merupakan masalah yang utama karena masih tingginya jumlah kasus TB tahun 2013 yaitu sebesar 316.562 kasus dengan prevalensisebesar 289 per 100.000 penduduk dan jumlah kasus baru TB sebesar 194.780 kasus dengan angka insiden 189 per 100.000 penduduk. Selain itu, angka kematian karena TB juga masih tinggi yaitu 27 per 100.000 penduduk dengan jumlah kematian sebesar 169 orang per hari atau 61.000 orang per tahun.Selain Indonesia berada di peringkat kedua sebagai negara penyumbang kasus baru TB terbanyak di dunia setelah India, Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan persentase keberhasilan pengobatan TB dibawah target dunia. Menurut Laporan Kesehatan Indonesia tahun 2014 menyatakan bahwa angka keberhasilan pengobatan TB belum mencapai target yaitu 81,3 % dari target 88%. Sedangkan tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 84% namun belum mencapai target nasional 88% sedangkan tahun 2016 angka keberhasilan pengobatan TB menurun menjadi 75, 4% (Depkes, 2016). 1 2 Tuberkulosis paru menyebabkan beberapa masalah yaitu diantaranya malaise, batuk, demam, sesak nafas, dan nyeri dada. Fisioterapi dapat memberikan intervensi berupa breathing exercise, Active Cycle Breathing Technique (ACBT), dan postural drainage untuk mengatasi problem-problem yang muncul akibat tuberkulosis paru. Maka dari itu makalah ini disusun untuk mengetahui peran fisioterapi pada kasus Tuberkulosis Paru. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada TB Paru? C. Tujuan 1. Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus TB Paru. BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) merupakan contoh lain infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya, dan membentuk kolonisasi di bronkioulus atau alveolus. Kuman juga dapat masuk ke tubuh melalui saluran cerna, atau kadang-kadang melalui lesi kulit. Apabila bakteri tuberkulin dalam jumlah yang banyak berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati saluran napas bawah, pejamu akan melakukan respons imun dan inflamasi yang kuat. Karena respons yang hebat ini, terutama yang diperantarai sel-T hanya sekitar 5% orang yang terpajan basil tersebut akan menderita tuberkulosis aktif. Hanya individu yang mengidap infeksi tuberkulosis aktif yang menularkan penyakit ke individu lain dan hanya selama masa infeksi aktif ( Elizabeth Corwin, 2009). Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon (Hood Alsagaff, 1995: 73). B. Etiologi Tuberkulosis Paru Agen infeksius utama, mikrobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet. Mikrobakterium bovis dan mikrobakterium avium pernah menjadi agen infeksius, pada kejadian yang jarang, berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberkulosis (Wijaya, dkk., 2013). 3 4 C. Patofisiologi Tuberkulosis Paru Tempat masuknya kuman tuberkulosis adalah saluran pernapasan, pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Namun kebanyakan infeksi terjadi melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel dari orang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya berada di bagian bawah lobus atas paru-paru atau di bagian atas lobus bawah dan membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear (PMN) memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Selanjutnya leukosit diganti oleh makrofag, alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Gejala ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses dapat terus berlanjut dan bakteri terus difagosit dan berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Lesi berkembang dan terbentuk jaringan parut yang mengelilingi tuberkel yang disebut fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe regional dengan fokus ghon disebut kompleks ghon. Fokus ghon dapat menjadi nekrotik dan membentuk masa seperti keju, dapat mengalami kalsifiksi membentuk lapisan protektif sehingga kuman menjadi dorman. Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respons in adekuat dari sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi akibat infeksi ulang atau aktivasi bakteri dorman. Hanya sekitar 10% yang awalnya terinfeksi yang mengalami penyakit aktif. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman. Penyakit dapat juga menyebar melalui kelenjar limfe dan pembuluh darah yang dikenal dengan penyebaran limfo hematogen ke berbagai organ lain seperti usus, ginjal, selaput otak, kulit dan lain- lain (Corwin, 2009). 5 D. Pathway Tuberkulosis Paru Mycobacterium TB TBTuberculosis Melalui inhalasi ludah Membentuk kolonisasi di bronkioulus/ alveolus Menembus mekanisme pertahanan Menempati saluran napas bawah Poliferasi sel epitel disekelilingi basil dan membentuk dinding basil dan organ yang terinfeksi (tuberkel) Basil menyebar melalui kelenjar getah bening menuju kelenjar regional Inflamasi / infeksi menyebabkan kerusakan jaringan paru- paru Demam, Anoreksia, Berat badan turun Nyeri dada Perubahan nutrisi Pembentukan jaringan parut dan tuberkel di permukaan paru-paru Gangguan pertukaran gas Erosi pembuluh darah Pucat, anemia, lemah 6 E. F. Jenis – Jenis Tuberkulosis Tuberkulosis Primer Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB terhirup dari udara melalui saluran pernapasan dan mencapai alveoli atau bagian terminal saluran pernapasan, maka bakteri akan ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveoli. Jika pada proses ini, bakteri ditangkap oleh makrofag yang lemah, maka bakteri akan berkembang biak dalam tubuh makrofag yang lemah itu dan menghancurkan makrofag itu. Dari proses ini, dihasilkan bahan kemotaksik yang menarik monosit atau makrofag dari aliran darah membentuk tuberkel. Sebelum menghancurkan bakteri, makrofag harus diaktifkan terlebih dahulu oleh limfokin yang dihasilkan limfosit T. Tidak semua makrofag pada granula TB mempunyai fungsi yang sama. Ada makrofag yang berfungsi sebagai pembunuh, pencerna bakteri, dan perangsang limfosit. Beberapa makrofag menghasilkan protease, elastase, koleganase, setra coloni stimulating factor untuk merangsang produksi monosit dan granulosit pada sumsum tulang. Bakteri TB menyebar melalui saluran pernapasan ke kelenjar getah bening regional (hilus) membentuk epiteloid granuloma. Granuloma mengalami nekrosis sentral sebagai akibat timbulnya hipersensitivitas seluler (delayed hipersensitivity) terhadap bakteri TB. Hal ini terjadi sekitar 2 sampai 4 minggu dan akan terlihat pada tes tuberkulin. Hipersensitivitas seluler terlihat sebagai akumulasi lokal dari limfosit dan makrofag. Bakteri TB yang berada di alveoli akan membentuk lokus lokal (fokus ghon), sedangkan fokus inisial bersama – sama dengan limfadenopati bertempat di hilus dan disebut juga dengan TB primer. Fokus primer paru biasanya bersifat unilateral dengan subpleura terletak diatas atau di bawah fisura interlobaris, atau dibagian basal dari lobus inferior. Bakteri menyebar lebih lanjut melalui saluran limfe atau aliran darah dan akan tersangkut pada berbagai organ. Jadi, TB primer merupakan infeksi yang bersifat sistematis. 7 Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh dan bakteri tuberkulosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu saat kondisi inang melemah akibat terkena penyakit kronis atau memakai obat yang melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberkulosis yang dorman dapat aktif kembali. Inilah yang disebut reaktivasi infeksi primer atau infeksi pasca primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi (Muttaqin, Arif,. 2008). Tuberkulosis Sekunder Setelah terjadi resolusi dari infeksi primer, sejumlah kecil bakteri TB masih hidup dalam keadaan dorman di jaringan parut. Sebanyak 90% diantaranya tidak mengalami kekambuhan. Reaktivasi penyakit TB terjadi apabila daya tahan tubuh menurun, alkoholisme, keganasan, silikosis, diabetes melitus, AIDS. Berbeda dengan TB primer, pada TB sekunder kelenjar limfe regional dan organ lainnya jarang terkena, lesi lebih terbatas dan terlokalisasi. Reaksi imunologis terjadi dengan adanya pembentukan granuloma, mirip dengan yang terjadi pada TB primer. Tetapi, nekrosis jaringan lebih mencolok dan menghasilkan lesi kaseosa (perkijuan) yang luas dan disebut tuberkuloma. Protease yang dikeluarkan oleh makrofag aktif akan menyebabkan pelunakan bahan kaseosa. Secara umum, dapat dikatakan bahwa terbentuknya kavitas dan manifestasi lainnya dari TB sekunder adalah akibat dari reaksi nekrotik yang dikenal sebagai hipersensitivitas seluler. TB paru pasca primer dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan dari seumber eksogen, uploads/Geographie/ bbkpm.pdf

  • 30
  • 0
  • 0
Afficher les détails des licences
Licence et utilisation
Gratuit pour un usage personnel Attribution requise
Partager