Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 59 PENTINGNYA PEMBELAJ

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 59 PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI PERGURUAN TINGGI Barowi, Siti Faiqotul Fazat ABA1 Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara a.barowi@gmail.com Abstrak: Tulisan ini dibuat bertujuan untuk memberi motifasi kepada para akademisi mengenai pentingnya mempelajari dan memahami bahasa Indonesia dengan benar. Diduga banyak mahasiswa maupun masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa berbahsa namun tanpa mengikuti kaidah berbahasa yang benar. Bahasa yang benar adalah bahasa yang idealnya menaati kaidah secara penuh. Ketepatan kaidah tata bahasa, intonasi, serta ekspresi adalah komponen yang mutlak harus dipenuhi oleh sang pembicara. Bahasa yang benar ini digunakan dalam situasi formal yang cenderung kaku dan bersifat satu arah dalam situasi lisan. Misalnaya berpidato yang sungguh-sungguh taat asas terhadap kaidah. Sedangkan bahasa yang baik adalah bahasa yang memiliki kesesuaian situasi dan kondisi pembicaraan.Menjadi tanggung jawab bersama mengenai eksistensi bahasa Indonesia di negeri tercinta ini utamanya para akademisi dan praktisi pendidikan. Kata kunci: Pembelajaran, Bahasa Indonesia, Perguruan Tinggi Abstract: This paper aims to motivate academics about the importance of studying and understanding Indonesian properly. It is suspected that many students and Indonesians are accustomed to speaking the language but without following the correct language rules. The correct language is the language which ideally adheres to the rules in full. The accuracy of the rules of grammar, intonation, and expression is a component that absolutely must be fulfilled by the speaker. This correct language is used in formal situations which tend to be rigid and one-way in oral situations. For example, giving a speech that really adheres to the principles of the rules. Meanwhile, a good language is a language that has the suitability of the situation and conditions of the conversation. It becomes a joint responsibility regarding the existence of Indonesian in this beloved country, especially academics and education practitioners. Key words: Learning, Indonesian Language, University 1 Penulis adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 60 A. Pendahuluan Bahasa Indonesia di samping sebagai alat kumunikasi bagi masyarakat Indonesia juga sebagai bahasa peresatuan yang wajib dipertahankan dan digunakan serta dibahasakan dengan baik dan benar. Disayangkan ternyata masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa berbahsa Indonesia dengan baik dan benar. Perlu dipahami bahwa bahasa adalah pendukung utama dalam berkomunikasi antar sesama, bertujuan dari itu agar pesannya dapat tersampaikan dengan baik kepada orang yang melakukan interaksi dan komunikasi. Di semua belahan negeri ini mestinya masyarakatnya menggunakan bahasa sebagai syarat menyampaikan informasi. Berbicara tentang bahasa berarti seseorang atau kelompok sedang membicarakan sebuah alat, yaitu sebuah alat yang dapat menjadi kebutuhan pokok dan menjadi pemersatu setiap orang yang memahami bahasa tersebut. Oleh karena itu mengingat pentingnya bahasa, terlebih bahasa nasional Indonesia, maka perguruan tinggi sebagai institusi yang menangani pendidikan, tentu bertanggung jawab untuk memberikan informasi dan menyampaikan kepada masyarakat tentang pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena berbahasa Indonesia dengan benar sebagai ciri dan identitas bangsa. B. Pengertian Bahasa Indonesi yang baik dan benar Bahasa yang benar adalah bahasa yang idealnya menaati kaidah secara penuh. Ketepatan kaidah tata bahasa, intonasi, serta ekspresi adalah komponen yang mutlak harus dipenuhi oleh sang pembicara. Bahasa yang benar ini digunakan dalam situasi formal yang cenderung kaku dan bersifat satu arah dalam situasi lisan. Sebagai contoh, kita ambil pidato yang sungguh-sungguh taat asas terhadap kaidah. Bahasa yang baik adalah bahasa yang memiliki kesesuaian situasi dan kondisi pembicaraan. Saat kita berbicara atau menulis, kita akan menyesuaikan bahasa dan cara berbicara atau menulis kita dengan yang diajak bicara dan situasi serta kondisi pembicaraan. Contohnya, kita tidak mungkin berbicara menggunakan bahasa ilmiah dengan seorang anak TK, kita tidak akan menggunakan bahasa Indonesia baku saat menulis buku harian, atau presiden tidak akan menggunakan bahasa “gaul” saat berpidato. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang taat terhadap asas, kaidah yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi pembicaraan yang tepat. Tulisan ilmiah adalah salah satu bentuk kebahasaan yang menggunakan bahasa yang baik dan benar. Presentasi, seminar, lokakarya, simposium, dan sejenisnya adalah juga bentuk-bentuk kebahasaan yang menggunakan bahasa yang baik dan benar. Atau dapat dijelaskan juga bahwa Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan tata bahasa). 1. Pemakaian Kata dan Kalimat Kata yang dipakai dalam Bahasa Indonesia adalah kata yang tepat dan serasi serta baku. Kata yang tepat dan serasi merupakan kata yang sesuai dengan gagasan Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 61 atau maksud penutur atau sesuai dengan arti sesungguhnya dan sesuai dengan situasi pembicaraan (sepert: sesuai dengan lawan bicara, topik pembicaraan, ragam pembicaraan, dsb.). Kata yang baku merupakan kata yang sesuai dengan ejaan (yakni: EYD). Kalimat yang dipakai dalam Bahasa Indonesia adalah kalimat yang efektif. Kalimat efektif harus; a. mudah dipahami oleh orang lain, b. memenuhi unsur penting kalimat (minimal ada subjek dan predikat, terutama untuk ragam tulis), c. menggunakan kata yang tepat dan serasi, d. gramatikal (seperti: menggunakan pungtuasi dan kata yang baku, menggunakan struktur yang benar, frasa selalu D-M, menggunakan kata yang morfologis, menggunakan kata yang sesuai dengan fungsinya/kedudukannya), e. rasional (yakni, menggunakan gagasan yang dapat dicerna oleh akal sehat) f. efisien (menggunakan unsur sesuai kebutuhan, tidak boleh berlebihan), g. tidak ambigu (tidak menimbulkan dua arti yang membingungkan). 2. Pemakaian Paragraf dalam Bahasa Indonesia Paragraf yang dipakai dalam Bahasa Indonesia adalah paragraf yang baik. Paragraf ini harus; a. mempunyai satu pikiran utama, b. mempunyai koherensi yang baik (hubungan antar unsurnya sangat erat) dan semua unsurnya tersusun secara sistematis, serta c. menggunakan kalimat yang efektif. C. Kaidah Dasar Bahasa Indonesia 1. Fonologi Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan distribusinya. Hal-hal yang dibahas dalam fonologi antara lain sebagai berikut. a. Fonetik dan Fonemik Bagian dari Tatabahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya dalam Ilmu Bahasa disebut fonologi. Fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yaitu Fonetik dan Fonemik . - Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia. - Fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti. Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat- alat ucap serta bagaimana tiap- tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti. b. Homograf Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 62 Homograf terdiri atas kata homo berarti sama dan graf (graph) berarti tulisan. Homograf ditandai oleh kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna. Contoh: Apel = buah ; apel=upacara teras = pejabat utama' teras = lantai depan rumah, teras = bidang datar yang miring di perbukitan serang= mendatangi untuk menyerang; Serang = nama tempat c. Diftong Diftong adalah vokal yang berubah kualiasnya. Dalam sistem tulisan diftong biasa dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi /aw/ pada kata "harimau" adalah diftong, sehingga <au> pada suku kata "-mau" tidak dapat dipisahkan menjadi "ma·u" seperti pada kata "mau". Demikian pula halnya dengan deretan huruf vokal <ai> pada kata "sungai". Deretan huruf vokal itu melambangkan bunyi diftong /ay/ yang merupakan inti suku kata "-ngai". Diftong berbeda dari deretan vokal. Tiap-tiap vokal pada deretan vokal mendapat hembusan napas yang sama atau hampir sama; kedua vokal itu termasuk dalam dua suku kata yang berbeda. Bunyi /aw/ dan /ay/ pada kata "daun" dan "main", misalnya, bukanlah diftong, karena baik [a] maupun [u] atau [i] masing-masing mendapat aksen yang (hampir) sama dan membentuk suku kata tersendiri sehingga kata "daun" dan "main" masing-masing terdiri atas dua suku kata. 2. Morfologi (Imbuhan) a. Prefiks atau awalan Prefiks atau awalan adalah suatu unsur yang secara struktural diikatkan di depan sebuah kata dasar atau bentuk dasar. b. Sufiks atau akhiran Sufiks atau akhiran adalah semacam morfem terikat yang dilekatkan di belakang suatu morfem dasar. c. Konfiks Konfiks adalah gabungan dari dua macam imbuhan atau lebih yang bersama-sama membentuk satu arti. Di sini perlu ditegaskan bahwa antara konfiks dan gabungan imbuhan ada perbedaan besar. Pada gabungan imbuhan tiap-tiap unsur tetap mempertahankan arti dan fungsinya masing-masing. Bentuk-bentuk seperti mempercepat, mempersatukan, dibesarkan, san lain-lain masing- masing mengandung makna dan fungsi tersendiri. Imbuhan me + per, me + per + kan, dan di + kan di sini bukanlah konfiks tetapi merupakan gabungan imbuhan dari prefiks dan sufiks. Sebaliknya, bentuk- bentuk seperti pertahanan, kebesaran, permainan, dan lain- lain mengandung struktur yang berbeda dengan bentuk-bentuk di atas. Karena di sini bentuk per – an dan ke – an tidak dapat ditafsirkan secara tersendiri, tatapi bersama-sama membentuk satu arti dan bersama-sama pula membentuk satu fungsi. Bantuk ini dalam realisasinya terbelah, tetapi pembelahan itu tidak mengurangi hakekatnya sebagai satu morfem. Morfem semacam Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 63 ini desibut morfem terbelah. Bentuk-bentuk semacam ini tidak janggal dalam bahasa Indonesia. Kata-kata seperti tali, gunung, dan lain-lain juga jelas merupakan satu kesatuan tetapi kadang-kadang bentuk itu uploads/Geographie/ pentingnya-bahasa-indonesia-di-perguruan-tinggi.pdf

  • 32
  • 0
  • 0
Afficher les détails des licences
Licence et utilisation
Gratuit pour un usage personnel Attribution requise
Partager