TUGAS FILSAFAT ILMU “ETIMOLOGI DAN KONSEP” OLEH: SITI NUR ISNAINI NIM. 22124056
TUGAS FILSAFAT ILMU “ETIMOLOGI DAN KONSEP” OLEH: SITI NUR ISNAINI NIM. 22124056 DOSEN PEMBIMBING: Dr. Hj. YANTI FITRIA, S.Pd., M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2022 PENDAHULUAN Etimologi merupakan cabang ilmu liguistik yang mempelajari asal-usul kata. Contohnya kata etimologi sebenarnya diambil dari bahasa Belanda etymologie yang berakar dari bahasa Yunani étymos (arti sebenarnya adalah sebuah kata) dan lògos (ilmu). Beberapa kata yang sudah diambil dari bahasa lain, mengkin dalam bentuk yang sudah diubah (kata asal disebut sebagai etimon). Lewat naskah tua serta perbandingan dengan bahasa lain, etimologi mencoba untuk merekonstruksi asal-usul dari sebuah kata, saat mereka memasuki sebuah bahasa, bagaimana arti dan bentuk kata serta dari sumber apa kata tersebut berubah. Etimologi juga mencoba melakukan pembinaan semula maklumat tentang bahasa-bahasa yang telah lama mendapatkan maklumat langsung tentang bahasa tersebut (seperti tulisan) untuk diketahui. Dengan cara membandingkan kata-kata dalam bahasa yang saling beraturan, seseorang bisa mempelajari tentang bahasa kuno yang merupakan “generasi yang lebih lama”. Erimologi juga dekat dengan istilah konsep. Adanya konsep diharapkan dapat menggunakan suatu istilah untuk beberapa kejadian yang saling berkaitan. Konsep juga berfungsi untuk mewakili realitas yang kompleks. Keberadaan konsep sangat penting dalam suatu penelitian. Selain karena dapat mempermudah dalam aktivitas generalisasi berbagai realitas konkrit ataupun abstrak, juga karena ia menghubungkan antara dunia abstraksi dengan realitas, dan antara teori dengan observasi. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah sebuah ide, pengertian, gambaran mental dalam bentuk istilah atau rangkaian kata yang mengabstraksikan suatu obyek (proses, pendapat, kejadian, keadaan, kelompok, individu) untuk menggolongkan dan mewakili realitas kompleks hingga dapat dipahami. Pada pembelajaran filsafat ilmu, membahas tentange etimologi dan konsep dari ilmu. Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu. Keingintahuan seseorang tehadap pemasalahan disekelilingnya dapat menjurus kepada keingintahuan ilmiah (Hamid, 2011). Pengetahuan seseorang tentang masih banyaknya hal yang belum diketahui akan mendorong orang yang bersangkutam untuk mencari tahu, akan mengembangkan kemampuan seseorang dalam memahami dunia sekelilingnya. Proses mencari tahu atau proses mengetahui pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Maka dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan tentang etimolodi dan konsep ilmu, science, logos/logy, pengetahuan (knowladge), ilimu pengetahuan, pengalaman, doktrin, logika (logic), mistik, dan mitos. ETIMOLOGI DAN KONSEP A. ILMU Secara etimologi ilmu berasal dari Bahasa Arab ilm yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam Bahasa Inggris ilmu biasanya dipadankan dengan kata science. Dalam bahasa Indonesia kata science (berasal dari bahasa latin dari kata scio, scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama (Jujun, 1998:39). Dari pengertian yang terdapat dalam KBBI ilmu dapat diartikan sebagai sebuah pengetahuan yang disusun dengan metode tertentu. Menurut para ahli definisi ilmu adalah sebagai berikut. 1. Mohammad Hatta menyatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (jika dilihat dari luar) maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam). 2. M. Izuddin Taufiq, mengemukakan bahwa ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya. 3. Thomas Kuhn, ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, baik dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya. 4. Dr. Maurice Bucaille ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar. 5. Ns. Asmadi, ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah). Menurut Hamid (2011) ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji kebenarannya melalui metode-metode ilmiah. Oleh sebab itu, ilmu pada hakikatnya adalah pengetahuan ilmiah. Seseorang yang telah memiliki ilmu atau pengetahuan ilmiah dituntut memiliki sifat-sifat terbuka, jujur, teliti, kritis, tidak mudah percaya tanpa adanya bukti-bukti, tidak cepat putus asa dengan pekerjaan atau hasil karyanya. Menurut Dewey (dalam Ardhana 1987) hakikat ilmu terletak bukan pada simpulan yang dicapai. Melainkan pada metode observai, eksperimentasi, dan penalaran matematikanya. Menurut Hamid (2011), terdapat persyaratan ilmiah yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu, yaitu: (1) objektif berarti Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif, bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian. (2) metodis merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani metodos yang berarti cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah. (3) sistematis, dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. (4) universal, kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut.. B. SCIENCE Hewitt et al. (2006: 1) “Science is an organized body of knowledge about nature. It is the product of observations, common sense, rational thinking, and (sometimes) brilliant insights”. Sains merupakan susunan bangunan pengetahuan tentang alam. Sains merupakan produk dari observasi, akal sehat, berfikir rasional dan terkadang wawasan yang brilian. Chiappeta dan Koballa (2010: 105) pada hakekatnya sains terdiri dari empat elemen, yaitu sains merupakan cara berpikir (a way of thingking), cara untuk penyelidikan (a way of investigating), kumpulan pengetahuan (a body of knowledge), dan sains dan interaksinya dengan teknologi dan masyarakat (science and its interactions with technology and society). Lebih lanjut Patta Bundu (2006: 11) menjelaskan bahwa secara garis besar sains memiliki tiga komponen yaitu 1) proses ilmiah yang merupakan keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu, 2) produk ilmiah yang berisi prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang dapat menjelaskan dan memahami alam dan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya 3) sikap ilmiah merupakan sikap yang dimiliki ilmuan dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan baru. Carin & Sun (1989: 5) menegaskan bahwa terdapat tiga elemen dari sains yaitu proses atau metode yang meliputi cata penyelidikan masalah, observasi, membuat hipotesis, mendesain dan melakukan eksperimen, mengevaluasi data dan perhitungan, 2) produk yang meliputi fakta, prinsip, hukum, teori, 3) sikap yang meliputi kepercayaan, nilai-nilai, dan pendapat Berdasarkan pengertian dari para ahli diatas, dapa disimpulkan bahwa science merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena alam dan mengungkap fenonema yang terkandung didalamnya yang dijabarkan melalui metode ilmiah. C. LOGOS/LOGY Logos dalam Yunani diartikan sebagai ucapan; pembicaraan; pikiran; akalbudi; kata; arti; studi tentang; pertimbangan tentang; ilmu pengetahuan tentang; alasan pokok mengapa suatu hal adalah apa adanya; prinsip-prinsip dan metode-metode yang digunakan untuk menjelaskan gejala-gejala dalam suatu disiplin tertentu; aspek-aspek di dalam suatu benda yang membuat benda itu dapat kita mengerti; dasar pemikiran tentang suatu hal. (Bagus 2005: 543-544). Dilansir dari jurnal Analisis Elemen Desain Grafis dari Visual Konten Instagram Indonesia Tanpa Pacaran Ditinjau dari Teori Retorika (2021) oleh Irene Hasian dan Irsya Putri, logos harus didasarkan pada argumen dan bukti rasional, sesuai wacana yang akan disampaikan dalam sebuah pesan. Logos adalah kumpulan bukti logis yang digunakan pembicara. Bagi Aristoteles, logos mencakup penerapan beberapa praktik, termasuk penggunaan klaim logis serta bahasa yang jelas. D. PENGETAHUAN (KNOWLADGE) Secara etimologi, pengetahuan berasal dari Bahasa Inggris knowledge yang berarti pengetahuan. Berdasarkan The Encyclopedia of Phylosophy, Edward (1972) dalam Hamid (2011), pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Menurut Notoatmodjo (2007) dalam Hamid (2011), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Ali dan Asrori (2014: 7-8), pengetahuan (knowledge) adalah kumpulan tentang segala sesuatu yang diketahui dan telah dimiliki oleh manusia. Pengetahuan yang dimiliki oleh umat manusia adakalanya bersumber dari pengalaman dan adakalanya dari pikiran. Pengetahuan bersumber dari pengalaman meliputi semua hal yang dialami baik oleh pancaindra, bahkan ada pula yang bersumber dari intuisi dan kata hati (concience), meskipun pengetahuan yang berasal dari kedua macam sumber yang disebutkan terakhir itu sulit untuk dipelajari. Adapun yang bersumber dari pikiran adalah pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran. Menurut Sangadji dan Sopiah (2010), ada 4 cara memperoleh pengetahuan yaitu pengalaman pribadi, modus otorita, penalaran deduktif, dan penalaran induktif. (1) Pengalaman pribadi Ketika menghadapi suatu masalah, manusia akan mencari solusi dengan belajar dari pengalaman masa lalunya. Sebagai contoh, seorang ibu telah mempunyai pengalaman mengobati anaknya dengan suatu ramuan tradisional tertentu saat sakit. Ketika suatu waktu anaknya sakit kembali, maka ibu tersebut akan mengobati anaknya dengan ramuan yang sama. (2) Modus otorita Jika orang yang mempunyai wewenang atau pengetahuan tertentu memberikan penjelasan, wajar orang lain mendengar dan mempercayainya. Sebagai contoh, 6 penjelasan seorang dokter tentang suatu penyakit akan dipercaya pasiennya. Begitu pula, guru yang mengajar di kelas akan dipercaya muridnya. (3) Penalaran deduktif Dimulai dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal yang khusus. Penalaran deduktif disebut juga silogisme, dan digunakan untuk menguji suatu kesimpulan. Silogisme terdiri atas 3 hubungan, yaitu: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Sebagai contoh, premis mayor: semua uploads/Geographie/ tugas-1-filsafat-etimologi-dan-konsep.pdf
Documents similaires










-
34
-
0
-
0
Licence et utilisation
Gratuit pour un usage personnel Attribution requise- Détails
- Publié le Mai 06, 2022
- Catégorie Geography / Geogra...
- Langue French
- Taille du fichier 0.1307MB